
Pemakaian bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina diklaim oleh sebagian orang berbeda dengan merek lain, dengan nilai oktan sama. Mereka percaya bahwa BBM swasta seperti Shell, Vivo dan BP-AKR lebih bertenaga.
Bersamaan dengan itu, kandungan etanol menjadi salah satu faktor yang bikin badan usaha swasta belum ada yang membeli BBM Pertamina dalam bentuk base fuel, sampai saat ini.
Fakta tersebut memunculkan asumsi di tengah masyarakat bahwa ada perbedaan performa pada BBM yang mengandung etanol. Lantas, benarkah etanol yang terkandung pada BBM Pertamina bisa mengurangi performa kendaraan?
Shell akan melepas bisnis SPBU di Indonesia kepada perusahaan patungan Sefas Group dan Citadel Pacific. Proses transisi ditargetkan selesai pada 2026.
Eko Setiawan, pemilik bengkel Everest Motors Bintaro, Tangerang Selatan mengatakan anggapan masyarakat tersebut ada, tapi bisa jadi itu hanya asumsi.
“Sulit loh merasakan performa suatu kendaraan berdasarkan feeling, saya sebagai montir belasan tahun tak punya kapasitas itu, kecuali memang diukur dengan dyno test, akan ketahuan tuh tenaga dan torsi yang dihasilkan,” ucap Eko kepada Kompas.com, Senin (6/10/2025).
Menurut Eko, perbedaan tenaga akibat pakai merek BBM selain Pertamina, dengan nilai oktan sama masih perlu diteliti lebih lanjut.
Menurut Tri Yuswidjajanto, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga pakar bahan bakar dan pelumas, penambahan etanol 3,5 persen pada bensin atau yang disebut E3,5 tidak menimbulkan efek berarti terhadap performa mesin.
“Kalau dihitung dari kandungan energinya, penurunan sangat kecil, hanya sekitar 1 persen dari bensin murni. Jadi secara praktik, pengemudi tidak akan merasakan perbedaan pada akselerasi maupun kecepatan puncak,” kata Tri mengutip dari Kompas.com.
Tri menjelaskan, bensin murni memiliki kandungan energi sekitar 40 megajoule per kilogram (MJ/kg), sedangkan etanol sekitar 28,25 MJ/kg. Dengan campuran 3,5 persen etanol, energi total bahan bakar menjadi 39,6 MJ/kg.
SPBU BP-AKR
“Artinya, penurunan nilai kalor atau energi hanya 1 persen dibanding bensin biasa. Itu jauh di bawah batas toleransi yang ditetapkan oleh World Wide Fuel Charter (WWFC), yaitu maksimum 2 persen,” ucap Tri.
Pengaruh etanol terhadap penurunan energi sekecil itu tidak akan mempengaruhi efisiensi konsumsi bahan bakar, respons pedal gas, atau kinerja mesin dalam kondisi normal. Mesin modern pun sudah mampu menyesuaikan rasio udara-bahan bakar secara otomatis.
“Kalau kadarnya masih di bawah lima persen seperti E3,5, performa tetap sama. Yang penting bahan bakar memenuhi standar mutu, oktannya sesuai, dan sistem pembakaran kendaraan dalam kondisi baik,” kata Tri.
Jadi, kandungan etanol pada BBM Pertamina tak mempengaruhi tenaga mesin secara umum. Namun, standar mutu, kesesuaian nilai oktan dan performa kendaraan lah yang menjadi faktor penentu.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.