
[Gambas:Youtube]
Pertamina kini sudah menjual bahan bakar bensin dengan campuran etanol 5 persen atau bioetanol E5. Produk bioetanol Pertamina yang saat ini sudah dijual adalah Pertamax Green dengan RON 95.
Penggunaan bahan bakar bioetanol E5 dinilai sebagai langkah untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menurunkan emisi karbon sesuai target Net Zero Emission 2060.
Pertamax Green 95 dengan kandungan 5 persen Bioetanol (E5) sudah 2 tahun dipasarkan oleh Pertamina Patra Niaga. Penjualan terus tumbuh dan saat ini sudah mencapai 163 SPBU di Pulau Jawa yang memasarkan produk tersebut. Pertamax Green dengan kandungan bioetanol 5 persen saat ini tersedia di beberapa SPBU Pertamina di Jakarta, Bogor, Depok, beberapa kota Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Kami memahami bahwa dalam memasarkan varian baru perlu waktu untuk edukasi kepada masyarakat atas manfaat dari Bioetanol, selain emisi yang dihasilkan lebih ramah lingkungan, produk ini juga mempunyai karakteristik akselerasi yang baik," kata Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/10/2025).
Mars Ega menjelaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir terkait karakteristik dari Bioetanol. Menurutnya, di bensin Pertamax Series terdapat aditif yang memiliki fungsi untuk corrosion inhibitor (mengurangi efek korosi) dan demulsifier (mengurai kontaminasi air) untuk mengantisipasi faktor-faktor yang dapat mengganggu performa mesin.
Sebelumnya, Pusat Kajian Ketahanan Energi Untuk Pembangunan Berkelanjutan Universitas Indonesia (Puskep UI) menyatakan kandungan etanol untuk bahan bakar minyak (BBM) sudah lazim dilakukan di luar negeri, bahkan mencapai 5 persen, 8 persen, dan 10 persen. Selain itu, keberadaannya positif untuk lingkungan, karena bisa mengurangi emisi karbon.
"Itu sudah lazim dipakai dan berpengaruh sangat baik untuk lingkungan, mereduksi emisi karbon, di Eropa mereka biasa gunakan 5-8 persen. Di Amerika dan Australia begitu juga. Karena ada beberapa tujuan lain, tidak semata-mata kepentingan bisnis, namun agar mengurangi minyak dari fosil," kata Direktur Eksekutif Puskep UI Ali Ahmudi, di Jakarta, dikutip dari Antara.
Menurut Ali, perusahaan-perusahaan energi di berbagai negara juga pasti ingin terlibat dalam proses transisi energi untuk mereduksi emisi dan global warming. Salah satunya, adalah menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.
Dosen Jurusan Rekayasa Minyak dan Gas Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Muhammad Rifqi Dwi Septian juga punya pandangan serupa. Menurutnya, etanol justru memiliki dampak positif terhadap performa mesin. Kandungan oksigen yang tinggi pada etanol bikin pembakarannya jadi sempurna.
"Itu membuat kadar karbon monoksida dan hidrokarbon tidak terbakar bisa berkurang, artinya lebih ramah lingkungan," kata Rifqi.