
— Pemerintah tengah mendorong program pengembangan bahan bakar nabati (BBN) sebagai bagian dari upaya transisi menuju energi bersih dan kemandirian energi nasional.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah pemanfaatan etanol sebagai campuran bensin untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta menekan emisi karbon dari sektor transportasi.
Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga pakar bahan bakar dan pelumas, Tri Yuswidjajanto Zaenuri, mengatakan bahwa etanol sejatinya bisa diproduksi dari berbagai jenis tanaman yang mengandung selulosa, tanpa memerlukan lahan khusus untuk budidaya.
“Etanol bisa diproduksi dari tumbuhan yang menghasilkan selulosa, baik sebagai buah maupun batang. Selulosa ini jika difermentasi akan menghasilkan alkohol, yang bisa diproses lanjut menjadi etanol. Jadi, tidak perlu lahan khusus untuk menanam tanaman sebagai bahan baku etanol,” ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (7/10/2025).
Tri menjelaskan, bahan baku untuk memproduksi etanol sangat beragam dan mudah ditemukan di Indonesia.
Tak hanya tanaman pangan seperti singkong, jagung, atau tebu, tetapi juga limbah pertanian seperti jerami, batang jagung, bagas tebu, bahkan serbuk gergaji dapat diolah menjadi sumber energi alternatif.
Ilustrasi SPBU Pertamina, yang beroperasi di bawah PT Pertamina Patra Niaga (PPN). Tiga bisnis hilir Pertamina yakni PT Pertamina Patra Niaga (PPN), PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan PT Pertamina International Shipping (PIS) bakal dilebur jadi 1 entitas bisnis baru sebelum Desember 2025.
Menurutnya, potensi besar ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan industri bioetanol tanpa harus mengorbankan lahan pangan atau menimbulkan konflik dengan sektor pertanian. “Limbah-limbah pertanian yang selama ini tidak termanfaatkan bisa menjadi bahan baku etanol, sehingga memberikan nilai tambah bagi petani,” jelasnya.
Dengan begitu, pengembangan etanol dari sumber biomassa lokal juga dinilai dapat membantu pemerataan ekonomi di daerah.
Daerah penghasil singkong, tebu, atau ubi jalar, misalnya, berpotensi menjadi sentra produksi bahan bakar nabati di masa depan. “Dengan teknologi yang tepat, kita bisa menghasilkan energi dari sumber daya yang terbarukan dan berkelanjutan. Ini sejalan dengan arah kebijakan energi nasional yang menekankan efisiensi, kemandirian, dan keberlanjutan,” kata Tri.
Pengembangan etanol diharapkan tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga membantu mengurangi limbah dan membuka lapangan kerja baru di sektor pertanian serta industri biomassa.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.