Toyota menilai Indonesia perlu segera beradaptasi dengan teknologi kendaraan masa depan. Arah kebijakan energi dan transportasi tidak boleh terus disandera keberadaan mobil-mobil lama yang belum memenuhi standar emisi modern.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, masyarakat perlu menyesuaikan diri. Jangan teknologi kita menyesuaikan sama mobil tua yang di jalan.
"Kita ketinggalan teknologi. Kita justru harus berevolusi menjadi kendaraan-kendaraan yang adaptif terhadap bahan bakar masa depan," ujar Bob, kepada wartawan, saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, belum lama ini.
"Nah, yang mobil tua juga ada yang masih Euro 0. Apa kita enggak memperkenalkan Euro 4 jadinya? Kan banyak yang pake Euro 0," kata Bob.
Toyota berkolaborasi dengan Pertamina dan Sera untuk uji bioetanol E10
Bob menambahkan, nanti persebarannya bisa diatur. Misalnya, yang Euro 1 dan Euro 2 nanti lebih banyak di aderah. Sedangkan yang ada di kota-kota besar, mulai Euro 3, seperti daerah Pondok Indah atau Menteng sudah harus pakai etanol atau hidrogen.
"Pertalite taruh saja di Ujung Berung, misalnya. Jadi, memang harus dibagi sesuai dengan kemampuannya mereka," ujarnya.
"Jadi, jangan di daerah-daerah yang maju masih stasiunnya stasiun bersubsidi. Daerah-daerah yang sudah bagus, yang income per capita, yang bayar PBB-nya sudah jutaan, sudah harus mulai ada stasiun hidrogen, ada stasiun etanol 85, sudah ada E20. Pasti mobil-mobilnya menyesuaikan," kata Bob.
Pada peta jalan energi, Indonesia seharusnya sudah menggunakan etanol pada 2030. Tapi, hingga sekarang belum ada langkah-langkah signifikan menuju ke sana.
Toyota pamerkan mobil dengan bahan bakar bioetanol di GIIAS 2025
"Bagi saya sih pertama, impor dulu tidak apa-apa, yang penting pasar tercipta dulu. Karena kan impornya pindah, dari impor bensin ke impor etanol. Nanti, kalau pasarnya sudah mau berkembang, kan muncul kebutuhan petani untuk melakukan substitusi. Supaya jangan tunggu-tungguan kayak ayam dan telur," ujar Bob.
"Itu yang menurut saya harus sudah dimulai. Sekarang kan supply E5 itu baru 1 persen. Dari seluruh bensin yang ada, baru 1 persen yang E5. Jadi, betapa jauhnya kita dari E10?" kata Bob.
Menurut Bob, jika pemerintah bilang E10 di 2026, bukan berarti langsung 100 persen E10. Mungkin saja dimulai dari 1 persen dulu, lalu 10 persen, kemudian 15 persen. Kenaikannya secara bertahap dan pasti akan makan waktu bertahun-tahun.
Toyota Innova Zenix Hybrid Flexy Fuel Bioethanol
"Negara tetangga kita sudah mulai semua. Saya enggak disuruh Pertamina lho. Saya ngomong apa adanya. Kita sudah kasih feedback pemerintah lama," ujar Bob.
Bob mengatakan, mobil-mobil Toyota saat ini sudah aman menggunakan E20. Menurutnya, merek lain mungkin baru E10.
Toyota Innova Zenix Hybrid Flexy Fuel Bioethanol di GIIAS 2024
"E20 praktis sudah, ya mungkin 10 tahun yang lalu. Lebih dari 10 tahun yang lalu mungkin masih E10," kata Bob.
Percepatan transisi energi tidak cukup hanya dengan menunggu kesiapan infrastruktur. Diperlukan kebijakan yang tegas, keberanian mengambil langkah awal, serta kesadaran kolektif agar Indonesia tidak terus tertinggal dalam peta kendaraan ramah lingkungan dunia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.
