
Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan campuran etanol ternyata belum tentu cocok untuk semua jenis motor, terutama yang mesinnya dirancang hanya untuk bensin murni.
Beberapa pemilik kendaraan bahkan mulai melaporkan masalah setelah mengisi BBM dengan dugaan kadar etanol tinggi.
Salah satunya datang dari Toga Fantiarso, pemilik bengkel spesialis skutik Gas Motor di Jakarta Timur, yang sudah malang melintang dalam dunia modifikasi mesin.
Dongkrak performa mesin Yamaha Nmax tanpa bore up
Ia menceritakan pengalamannya saat touring Yamaha XMAX dari Surabaya menuju Labuan Bajo. Di tengah perjalanan, motor tiba-tiba mogok tanpa sebab yang jelas.
“Semua sistem dicek, tidak ada masalah. Setelah BBM dikuras dan diganti dengan bensin dari motor lain, motor langsung normal lagi,” ujar Toga, kepada Kompas.com (9/10/2025).
“Kemungkinan BBM tersebut memiliki kandungan air tinggi dan energi kalor rendah. Setelah muncul kabar bahwa ada BBM dengan campuran etanol, dugaan kami semakin kuat bahwa itu penyebabnya,” kata dia.
Ilustrasi BBM dengan campuran etanol
Toga menjelaskan, secara kimia, etanol atau alkohol memiliki sifat higroskopis, artinya mudah menyerap air dari udara. Jika bahan bakar mengandung etanol disimpan terlalu lama, kandungan air di dalamnya bisa meningkat.
Campuran air ini dapat menurunkan kualitas pembakaran dan menyebabkan gejala brebet, mesin mati mendadak, hingga knocking.
“Mesin yang didesain untuk bahan bakar minyak tentu tidak akan bekerja baik bila dipaksa menggunakan bahan bakar bercampur alkohol. Dampaknya bisa ke umur pakai komponen, atau langsung mogok seperti kasus XMAX itu,” ucap Toga.
Ilustrasi ruang bakar
Toga menjelaskan, ketidaksesuaian komposisi bahan bakar berpengaruh langsung ke ritme kerja mesin.
Ruang bakar membutuhkan keseimbangan antara bahan bakar, udara, dan pengapian agar energi yang dihasilkan optimal.
“Ruang bakar itu harus selaras dengan jumlah BBM dan udara, timing pengapian, rasio kompresi, dan durasi camshaft. Kalau komposisi bahan bakar berubah, seluruh keseimbangan itu terganggu,” katanya.
Ilustrasi Honda CG 160 yang bisa menenggak bioetanol alias flexy fuel
Menurutnya, campuran etanol pada bahan bakar bikin nilai Air Fuel Ratio (AFR) bergeser. Singkatnya, kandungan etanol bisa membuat mesin bekerja dalam kondisi lean atau terlalu banyak udara dibanding bensin.
Sebagai perbandingan, AFR ideal bensin murni adalah 14,7:1, sementara etanol 85 persen hanya 9,8:1.
Jika BBM lokal bakal memiliki tambahan sekitar 10 persen etanol, nilai AFR-nya otomatis bergeser dan tidak lagi sesuai dengan setelan standar pabrikan.
Servis motor di bengkel resmi, Honda ke AHASS
Campuran udara yang lebih banyak daripada bensin ini menyebabkan suhu mesin meningkat, pembakaran tidak sempurna, hingga motor sulit dinyalakan.
“Dalam jangka panjang, risiko kerusakan bisa menjalar ke piston, ring, hingga batang piston (connecting rod) akibat pembakaran yang tidak seimbang,” kata Toga.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.