
Pemerintah akan menyiapkan aturan baru soal bahan bakar minyak (BBM). Nantinya, bensin akan dicampur dengan 10 persen etanol atau dikenal sebagai E10.
Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya menghadirkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM.
Menariknya, wacana E10 muncul tak lama setelah base fuel Pertamina Patra Niaga yang mengandung 3,5 persen etanol sempat tidak dibeli oleh sejumlah badan usaha swasta penyedia BBM.
Toyota pamerkan Avanza dengan bahan bakar bioetanol di GIIAS 2025
Untuk diketahui, penggunaan etanol dalam bensin sebenarnya bukan hal baru. Campuran ini sudah menjadi standar di banyak negara seperti Amerika Serikat, Brasil, Uni Eropa, hingga beberapa negara Asia.
Namun mungkin masih ada yang belum paham, apa sebenarnya etanol, bagaimana cara membuatnya, dan mengapa dicampur ke bensin?
Apa Itu Etanol?
Etanol adalah jenis alkohol yang bisa dihasilkan dari bahan alami seperti tebu, jagung, singkong, atau limbah pertanian. Karena berasal dari proses biologis, etanol juga disebut bioetanol.
Secara kimia, etanol memiliki sifat mudah terbakar dan menghasilkan emisi gas buang yang lebih bersih dibanding bensin murni.
Etanol
Itulah sebabnya banyak negara mencampurkannya ke bensin untuk menekan emisi karbon dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Bahan utama pembuatan etanol berasal dari tanaman yang mengandung gula atau pati, seperti:
- Tebu, diolah menjadi molase (tetes tebu)
- Jagung dan singkong, mengandung pati yang bisa diubah menjadi gula sederhana
Prosesnya melalui tiga tahap utama:
- Fermentasi – Gula atau pati dari bahan baku dicampur air dan ragi (yeast). Ragi mengubah gula menjadi alkohol (etanol) dan karbon dioksida.
- Distilasi – Cairan hasil fermentasi disuling untuk memisahkan etanol dari air.
- Pemurnian – Etanol hasil distilasi dimurnikan hingga kadar 99 persen agar siap dicampur dengan bensin.
Sejumlah pengendara mengeluh karena stok BBM di SPBU swasta masih langka.
Cara Pencampuran Etanol ke Bensin
Proses pencampuran dilakukan di kilang atau terminal BBM menggunakan sistem blending. Misalnya, untuk membuat E10, bensin dicampur dengan 10 persen etanol dan 90 persen bensin murni.
Pencampuran ini harus dilakukan dengan peralatan khusus agar campurannya stabil dan homogen sebelum disalurkan ke SPBU.
Dilansir dari fuellogic.net, ada beberapa manfaat pengguaan etanol dalam bensin. Salah satu yang diunggulkan yaitu emisi yang lebih bersih.
Menekan Emisi Karbon
Dengan bahan bakar bioetanol, emisi karbon monoksida dapat berkurang hingga 30 persen dibandingkan bensin, sementara partikulat turun hingga 50 persen, sehingga udara menjadi lebih bersih.
Hal ini terjadi karena proses pembakaran etanol di dalam mesin jauh lebih sempurna dibanding bensin, serta kandungan bahan bakarnya yang lebih bersih secara keseluruhan.
Ilustrasi tanaman tebu.
Bioetanol juga membantu mengendalikan pelepasan zat berbahaya dari knalpot, seperti benzena dan senyawa organik volatil (VOCs), yang dapat mencemari udara dan berdampak buruk bagi kesehatan.
Meningkatkan Oktan
Etanol memiliki angka oktan tinggi (sekitar 108), sehingga bisa meningkatkan kualitas bensin dan membuat mesin bekerja lebih efisien.
Mendorong Ekonomi Lokal
Program bioetanol membuka peluang bagi petani lokal untuk memasok bahan baku, terutama dari sektor tebu dan singkong.

Flex Fuel mobil yang bisa pakai BBM E85 di AS
Apakah Aman untuk Mobil?
Banyak yang masih ragu apakah etanol bisa merusak mesin mobil. Faktanya, mobil dengan sistem Flex Fuel sudah dilengkapi sensor khusus di ECU yang bisa menyesuaikan kadar etanol dan bensin di tangki.
Sebagian besar mobil bensin juga aman menggunakan campuran rendah seperti E10 atau E15. Justru, nilai oktan tinggi pada etanol membuat pembakaran lebih sempurna.
Namun, untuk campuran tinggi seperti E85, efisiensi bahan bakar bisa menurun karena mesin mobil biasa belum dirancang untuk itu.

Pertamina menyebut etanol pada BBM mampu menekan emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, sekaligus mendukung perekonomian lokal. Praktik ini sudah lazim diterapkan di banyak negara.
Produksi dan Keberlanjutan
Secara umum, etanol dibagi dua jenis:
- Generasi pertama, berasal dari tanaman seperti jagung dan tebu.
- Generasi kedua, dari limbah pertanian dan biomassa.
Produksi etanol dari tanaman lebih mudah dan efisien, tapi berisiko mengurangi lahan pangan.
Karena itu, para peneliti kini mengembangkan teknologi CRISPR dan mikroba sintetis yang bisa mengubah CO? langsung menjadi etanol lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.