
Di tengah derasnya arus kendaraan listrik dari luar negeri, muncul satu inisiatif berbeda dari dalam negeri.
Bukan sekadar menjadi pasar, tetapi mencoba ikut terlibat dalam proses pengembangan.
Dari semangat itu lahirlah Aletra L8 EV, MPV listrik medium 7-penumpang yang dijual Rp 488 juta on the road (OTR) Jakarta.
Aletra L8 EV
Mobil ini menjadi langkah awal Aletra, merek otomotif lokal yang berupaya menampilkan wajah baru industri kendaraan listrik nasional.
Marsellinus Christo Antyo, Product Manager Aletra, bercerita bahwa proses pengembangan mobil ini tidak sebentar.
Perseroan melakukan serangkaian peracikan mulai dari sistem kelistrikan, pendinginan kabin, hingga kenyamanan suspensi. “Aletra adalah brand Indonesia, diciptakan oleh 100 persen orang Indonesia, dan kepemilikannya juga 100 persen Indonesia,” ujarnya di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (9/10/2025).
Transfer Teknologi, Bukan Sekadar Rebadge
Dalam prosesnya, Aletra menggandeng Livan Auto, anak perusahaan dari Geely Group, untuk mendukung riset dan transfer teknologi.
Livan merupakan hasil merger antara Shanghai Maple dan Lifan Technology, yang kini menjadi perusahaan patungan antara Lifan Group dan Geely Qizheng sejak 2022.
Kerja sama dimulai pada Agustus 2023 di pusat R&D Livan di Chongqing, China.
Aletra L8 EV
Di sana, tim Aletra terlibat langsung dalam pengembangan dan pengujian.
Meski basisnya berasal dari Livan 7, ubahannya cukup signifikan mencakup desain, fitur, dan karakter berkendara yang disesuaikan agar sesuai dengan preferensi konsumen Indonesia. “Kami tidak ingin Aletra hanya jadi proyek rebadge. Ada pengembangan nyata di sisi desain, fitur, dan karakter berkendara,” ujar Christo.
Dari Konsep hingga Jadi MPV Listrik Siap Pakai
Secara teknis, pengembangan Aletra L8 EV berawal dari konsep VF11 yang dipamerkan Geely di Shanghai Auto Show 2017.
Aletra L8 EV
Model tersebut kemudian berevolusi menjadi Geely Jiaji, MPV bermesin bensin dan PHEV pada 2019.
Tiga tahun kemudian, versi listrik penuh muncul lewat merek Lifan dengan nama Maple 80V atau Maple ATV, yang sempat populer sebagai armada shuttle atau taksi eksklusif hotel di China.
Dari hasil pengujian, unit tersebut mencatat jarak lebih dari 860.000 kilometer dalam waktu kurang dari tiga tahun tanpa pergantian komponen besar.
Hal itu menjadi bukti durabilitas tinggi pada platform dasarnya. “Itu menjadi dasar keyakinan kami untuk mengembangkan versi yang lebih cocok untuk Indonesia, baik dari sisi ukuran, kenyamanan, maupun efisiensi,” kata Christo.
Tim Aletra kemudian memberikan sejumlah masukan terhadap desain dan struktur bodi.
Aletra L8 EV
Salah satunya memperpanjang bodi hingga 17 cm agar kabin lebih lapang dan sesuai format 7 penumpang.
Tampilan eksterior turut diperbarui, meliputi desain lampu utama dan belakang agar lebih modern.
Sementara interior dirombak total dengan material soft-touch leather, panel piano black, dan aksen kayu gelap.
Kenyamanan juga jadi perhatian.
Ada 72 pilihan ambient light serta sistem hiburan baru yang dikembangkan khusus untuk pasar Indonesia.
Secara dimensi, Aletra L8 EV kini memiliki panjang 4.812 mm, lebar 1.909 mm, dan tinggi 1.699 mm, sedikit lebih besar dibanding MPV listrik lain di kelasnya. “Kami ingin mobil ini terasa ‘Indonesia banget’, yaitu besar, lega, dan nyaman untuk perjalanan jarak jauh,” jelas Christo.
Aletra L8 EV
Aletra Biayai Sendiri Pengembangan
Salah satu langkah besar dalam proyek ini adalah konversi setir kiri ke setir kanan (Right Hand Drive/RHD), di mana seluruh biayanya ditanggung langsung oleh Aletra.
Dengan langkah tersebut, Aletra memiliki hak eksklusif untuk memasarkan versi RHD di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara. “Seluruh proses R&D versi setir kanan kami biayai sendiri. Ini menunjukkan keseriusan kami untuk tidak hanya jadi perakit, tetapi pengembang penuh,” tegas Christo.
Selain posisi kemudi, dashboard dan konsol tengah juga didesain ulang agar ergonominya sesuai dengan pengemudi di Indonesia.
Ban standarnya juga diganti dengan Hankook iON AS, yang lebih cocok untuk kondisi jalan dan iklim tropis.
Untuk mencapai karakter berkendara ideal, 24 unit prototipe Aletra L8 EV dikirim ke Indonesia dan diuji selama dua bulan di berbagai kondisi jalan, dari tol Trans Jawa hingga jalur pegunungan. “Suspensi versi China itu cenderung terlalu lembut. Kemudian kami ubah agar tetap nyaman tetapi lebih stabil di kecepatan tinggi dan jalan tidak rata,” ungkap Christo.
"Kemudian di China, parkir paralel itu tidak boleh. Jadi kita kembangkan lagi bagian transmisi untuk memisahkan transmisi parking (P). Ini debatnya lumayan ketat waktu itu," katanya.
Aletra L8 EV
Sistem pendingin kabin juga mendapat pengembangan ulang karena pengguna di Indonesia cenderung menyukai suhu lebih dingin dibanding konsumen di China.
Oleh karena itu, Aletra menambahkan blower dan evaporator terpisah untuk baris belakang, serta roof AC independen. “Kami juga melengkapi dengan ionizer dan air purifier agar udara kabin tetap bersih, terutama di area dengan polusi tinggi,” tambahnya.
Baterai Generasi Baru
Aletra L8 EV menggunakan baterai LFP (Lithium Iron Phosphate) generasi terbaru dari Geely Group dengan kepadatan energi 192 Wh/kg dan kapasitas 64,7 kWh.
Dalam pemakaian normal, efisiensinya bisa mencapai 5–8 km per kWh, tergantung kondisi jalan dan gaya berkendara. “Satu baterai mampu menjalani lebih dari 3.500 siklus pengisian, setara dengan 1,3 juta kilometer,” jelas Christo.
Baterai ini juga dilengkapi lapisan aluminium self-fusing yang otomatis memutus arus bila terjadi benturan, guna mencegah korsleting atau risiko kebakaran. “Lebih lanjut, kami ingin Indonesia tidak hanya jadi pasar, tetapi juga pusat pengembangan kendaraan listrik di kawasan,” kata Christo.
Sektor baterai menjadi salah satu fokus utama dalam pengembangan Aletra L8 EV.
Aletra L8 EV
Tim Aletra memilih baterai LFP (Lithium Iron Phosphate) generasi terbaru dari Geely Group, yang dikenal stabil dan aman untuk penggunaan di iklim tropis.
Baterai ini memiliki kepadatan energi 192 Wh/kg dengan kapasitas 64,7 kWh.
Dalam pemakaian harian, efisiensinya bisa mencapai 5–8 km per kWh, tergantung kondisi jalan dan gaya berkendara. “Satu baterai mampu menjalani lebih dari 3.500 siklus pengisian, setara dengan 1,3 juta kilometer,” jelas Christo.
Faktor keamanan mendapat perhatian khusus.
Baterai dilengkapi lapisan aluminium self-fusing yang mampu memutus arus secara otomatis saat terjadi benturan, mencegah korsleting atau potensi kebakaran.
Teknologi ini menjadi bagian dari upaya Aletra untuk memastikan kendaraan listrik tidak hanya efisien, tetapi juga aman digunakan dalam berbagai kondisi jalan di Indonesia. "Aletra juga melakukan battery assembling secara lokal, sehingga bisa mendukung pemerintah untuk mencapai TKDN yang ditetapkan (40 persen). Case-nya kita develop sendiri," kata Christo.
“Berbagai aspek juga kita kalibrasi ulang, termasuk bagian port charging karena di China tidak pakai CCS2. Jadi, kami ingin Indonesia tidak hanya jadi pasar, tetapi juga pusat pengembangan kendaraan listrik di kawasan,” kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.